November 22, 2008

Short Story About Angga

Hanif bermaksud yang lurus. Itulah yang dipegang oleh sahabat saya, Angga Tri Asmara. Saya mengenalinya sewaktu di sekolah menengah dahulu. Angga terlibat di dalam Program Pertukaran Pelajar yang memerlukannya untuk berada di Kota Kinabalu, Sabah selama sebulan. Post kali ini saya tujukan untuk Angga, sebuah penghargaan atas ukhwah yang terjalin dan kerana dia sendiri telah membuat post mengenai saya sebanyak 2 kali di http://tea-coco-coffe.blog.friendster.com/





Tidak banyak yang saya ketahui mengenai Angga. Cuma sedikit informasi dari biodatanya yang pernah ditulis di dalam buku saya. Angga berasal daripada Balikpapan, Kalimantan Timur, Indonesia. Sangat meminati kumpulan Padi dan Iwan Fals. Hobinya, tidur pulas, malas-malasan sampai 7 hari 7 malam. Orangnya sangat simple. Ketika kali pertama saya melihat dia, saya sudah dapat mengagak bahawa dia punya perwatakan yang sederhana sahaja. Dia sangat hormat kepada orang lain, terutama orang yang lebih tua darinya. Angga juga sangat menghormati masa dan punya pemikiran yang matang. Walaupun kini dia berada di Indonesia namun Alhamdulillah, menerusi Friendster, kami masih lagi berhubung dan bertukar-tukar fikiran. Saya gembira kerana mempunyai kenalan seperti Angga yang sentiasa ingat-mengingatkan. To Angga, I always wish the best for you and thanks for everything!

kau masih berdiri
kita masih di sini
tunjukkan pada dunia
arti sahabat

kau teman sejati
kita teman sejati
hadapilan dunia
genggam tanganku

November 19, 2008

Seekor Manusia Seorang Binatang

Post saya yang pertama adalah mengenai si monyet yang punya perasaan, sama seperti kita si manusia. Berita itu sudah lama di dalam simpanan saya, tapi baru hari ini saya keluarkan, sekadar untuk berkongsi bersama manusia-manusia yang lain. Saya teringat sebuah buku antologi cerpen yang amat saya gemari, Seekor Manusia Seorang Binatang. Di dalam buku ini, terkandung 10 cerpen remaja karya 10 pemenang yang terdiri daripada penulis mapan dan muda. Cerpen "Seekor Manusia Seorang Binatang" tulisan Muhammad Isa al-Jambuli telah diangkat menjadi judul kepada antologi itu.

Cerpen ini punya substance yang amat kuat di mana masyarakat kita sedang bergelut dengan pelbagai masalah sosial terutamanya gejala bohsia dan bohjan. Masalah ini saya definisikan sebagai virus berbahaya. Why? Iya, virus berbahaya kerana masalah seperti inilah yang menyumbang kepada derita, kecewa dan gerhananya masa depan anak muda kita.

Cerpen ini menceritakan mengenai Zaniyah, gadis remaja yang bingung dengan kemelut cinta sehingga menjebakkan diri ke dalam dunia hedonistik, menjadi ahli keluarga kepada masyarakat bohsia dan bohjan. Akhirnya, dia berbadan dua. Terselit juga pengorbanan seekor ibu monyet yang bersifat kemanusiaan cuba sedaya upaya untuk menyelamatkan anaknya dari menjadi mangsa bahaman buaya.

Zaniyah memasang niat untuk membuang anak yang dilahirkannya di tengah-tengah hutan belantara, tetapi insaf dan terharu setelah menyaksikan gelagat manusiawi ibu monyet itu. Nah, the moral of the story, di saat ini masih ada yang tidak berperikemanusiaan dan bersifat materialistik. Sanggup meninggalkan rasa kasih sayang kerana mahu mengejar kebendaan dan benda-benda lain. Ini bukan sekadar cerita dongengan, kerana hakikatnya memang ada di luar sana. Tidak perlu diulas lanjut, kerana ia sudah cukup menyakitkan. Kepada teman-teman, sama ada yang laki-laki atau yang perempuan, ingat! Dunia ini cuma persinggahan. Maka jangan pernah terfikir untuk menjadi binatang!

Konklusinya, betapa binatang ada waktunya lebih manusia daripada manusia!

Bernasib Baik

A drowning Proboscis monkey was a picture of relief and gratitude when it was rescued from the sea by a dive team.

Mark Hedger, 23, who led the divers on a trip to Sapi Island near here yesterday, was surprised to notice something struggling in the water.

He said they had reached the dive site, Clement Reef, when they spotted the monkey making noise as it struggled helplessly and decided to come to its aid.

Mark, who is the Manager of E-Dive Resort operated by Excel Dive and Tours (Borneo) S/B, said: "With a slight swirl on the surface, our boat drew closer and our divers could not believe what we were seeing before our eyes; we discovered a Proboscis (monkey).

"He was crying and we managed to save him and put him with us in the boat. The way he reacted to our help really makes him like a human being, so we treat him like human."

Asked how the monkey reacted as they approached it, Mark, who is from London, said: "He looked very tired and relieved as we were approaching him. As the boat was within reaching distance, it swam directly for the boat and was trying to climb on.

"The dive team used the life ring for him to climb onto the boat. Halid Linggi, Idani Bin Paraja and Liasan Bin Liasim, who are staff members of the dive team helped to make him feel safe.

"We found out that it was a male and we felt he was lucky to be alive, so we nicknamed him Bernasib Baik or Lucky. E-Dive transported Lucky to the Sabah National Parks office at Sapi Island. I would like to share here with others that whilst transporting Lucky to Sapi Island, the dive team was able to take a close look and discover that it is not too much different from a human. Lucky has feelings just like ourselves and was crying and wiping his nose as he realized E-Dive had just saved his life.

"To my knowledge, the Proboscis monkey's diet consists mainly of seeds, leaves, mangrove shoots and unripened fruit.

"Proboscis monkey is both arboreal and amphibious, with its mangrove swamp and river environments containing forest, dry land, shallow water allowing wading, and deep water requiring swimming. Like other similar monkeys, the Proboscis monkey climbs well. It is also a proficient swimmer, often swimming from island to island," Mark says.

~taken from The Borneo Post, Saturday March 29 2008